20111228

Gus Dur: “Hak Hidup Semua Agama dan Kepercayaan di Indonesia”


Dialog Kebangsaan di Manggala Wanabakti- Jakarta, yang diselenggarakan FPN- Front Persatuan Nasional, menghadirkan  Pembicara, diataranya Prof Atho Mudhar- Ketua Litbang DEPAG RI, Dr. Sugiri Syarif- Ketua BKKBN, Jendral Agum Gumelar- Ketua PEPABRI , dan Gus  Dur.
Pembawa Acara di awaki oleh Kukuh- Ketua Lasatgassus FPN,  dialog dan paparan Narasumber di Moderatori langsung oleh Dr.KH A.Miftah- Ketua Umum FPN.
Gus Dur agak terlambat datang. Jadi, sambil nunggu  kehadiran Presiden Ke 4 RI itu, acara dimulai dengan menampilkan Prof Atho Mudhar. Mantan Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, membawakan makalah yang berhubungan dengan sikap dan langkah yang diambil Pemerintah, terhadap kasus yang dialami Jemaat Ahmadiyah di Indonesia belakangan ini.

Sebenarnya, Prof Atho secara normatip saja, mengungkapkan apa  yang sudah menjadi kebijakan Pemerintah, yang intinya demi kebaikan semua fihak. Usai pemaparan Ketua Litbang DEPAG RI ini, Gus Dur datang dengan didamping Pengawal Pribadi dan Paspampres.

Kukuh segera mempersilahkan Gus Dur untuk bergabung menduduki Kursi Narasumber di Podium Sonokeling Manggala Wanabakti, jejer dengan para Pembicara lainnya. Dengan pertimbangan akan menghadiri acara lainnya lagi, dan juga jadwal cuci darah, maka Gus Dur  segera dipersilahkan menyampaikan Materi Pembicaraan secara bebas. Boleh terkait Thema Dialog, boleh apa saja yang  enak menurut Gus Dur, Ujar Gus Miftah, sambil bercanda dengan sahabat kentalnya itu.

Entah bagaimana ceritanya, Gus Dur yang awalnya menyampaikan materi umum berkaitan dengan Kebangsaan, tiba-tiba masuk ke Topik yang baru saja dabahas oleh Profesor Atho Mudhar, yaitu soal Ahmadiyah. Padahal , Gus Dur belum datang ketika Prof Atho berbicara soal Ahmadiyah. Dan Panitia juga tidak menyampaikan apapun soal materi apa yang sudah, sedang dan akan dibahas di Dialog Kebangsaan tersebut. Pokoknya, kata Gus Miftah, ya sesuka Gus dur saja, kan semua wartawan suka berita apa saja yang keluar dari mulut Gus dur, tambahnya.

Menurut Gus Dur, Pemerintah itu kurang kerjaan! Ngapain ngurusi Ahmadiyah pakai SKB segala! Mendengar ini, Tentu Prof Atho agak kaget, yang nampak dari raut wajahnya tajam memandang Gus Dur.
Tapi Gus Dur enak saja melanjutkan. Lha wong Ahmadiyah itu sudah ada di Indonesia , bahkan sebelum Pemerintah RI ada, ujarnya. Bagi saya, Kepercayaan apa saja berhak hidup di Indonesia, apalagi yang sudah sejak awal berdirinya Negara ini mereka sudah ada. Saya sendiri tidak tahu apa itu Ahmadiyah. Jadi saya yakin Pemerintah juga tidak tahu apa itu Ahmadiyah. Biarkan saja mereka hidup berdampingan dengan sesama Penganut Agama dan Kepercayaan yang ada di Indonesia.

Pokoknya jangan sok tahu!. Tambah Gus Dur lagi. Sama seperti Hasyim Musadi, dia juga nggak ngerti apa itu NU! Lha wong saya saja juga nggak ngerti, apa itu NU??? Lhoh, gimana to Gus???

Gus Dur dan Kopi PH (Permata Hijau)


Gus Dur dan Gus Miftah adalah dua orang sahabat yang sering bekerja sama, tapi sering pula bermusuhan! Setidaknya itulah yang dituturkan DR.KH.Agus Miftah, nama panjang  mantan Ketua KPU 1999 ini. Gus Dur sering meledhek Gus Miftah sebagai “Tukang Tipu”, tapi Gus Miftah pun biasa meledhek Gus Dur sebagai “Anthek Israel”!  Dan anehnya, setelah saling ledhek, dan kadang juga saling marah, jika bertemu di Permata Hijau AA/3 Jakarta Selatan – mereka terus cengengesan dan bercanda lagi!

Suatu hari, Jum’at malam Sabtu- pas Jadwal Pengajian Tauhid Wahdatul Ummah, GusDur datang sekitar jam setengah delapan malam, diantar para pengawal- memasuki gerbang rumah Gus Miftah, tempat Pengajian TWU. 

Karena Pengajian  dimulai jam delapan seprapat- GusDur digandeng ke ruang tamu dulu. Para Pengawal kembali ke Mobil Pribadi  Presiden RI ke4 itu, dan membiarkan GusDur duduk berdampingan dengan saya. Beberapa saat kemudian Pendiri PKB itu berteriak minta minum kopi pada Gus Miftah! 

Cicit Sunan Bonang  itu segera bergegas keruang dalam , minta pembantu untuk membuatkan kopi bagi Gus Dur. Tentu saja sambil ngedumel- soalnya, kalau di rumah Ciganjur Gus Dur sudah dilarang minum kopi! Jadi, Gus Miftah bilang “wah ntar kalau tiba-tiba Gus Dur mati gara-gara minum kopi dirumah saya, bisa jadi gegeran Nasional nih!  Walaupun omelan Gus Miftah terdengar keras, tapi Gus Dur hanya tersenyum ringan!

Konsolidasi FPN DIY

Dari Kiri kekanan: Kukuh, Dr.KH.A.Miftah, H.Muzakir, Mln.Mirajudin, Azwar TWU, koordinasi jelang Temu Kader di Novotel Yogyakarta.
 
Salah satu basis kuat aktivis FPN adalah Daerah Istimewa Yogyakarta- DIY. Di kota Pelajar itu, ribuan Mahasiswa yang sekaligus Pengusaha, dengan mudah bisa dikumpulkan di satu titik hanya dalam hitungan jam. Hebatnya, ratusan Mahasiswa yang datang paling awal, biasanya adalah Wiraswastawan- S1, yang juga sedang kuliah Pasca Sarjana.

Yang menarik pula, para aktivis FPN mampu melebur diri dalam berbagai jaringan organisasi sosioal kemasyarakatan. Dari sejumlah ormas di kalangan Grassroad, di sejumlah Pasar Tradisional, sampai di tubuh organisasi kemahasiswaan- dan punggawa Keraton, ada saja aktivis FPN yang memegang peranan penting. Yang membuat mereka mudah membaur, karena setiap berada di organisasi yang berbeda, para aktivis segera menyesuaikan dengan karakter dan misi organisasi.
Foto dari kiri kekanan : Ketua Lasatgassus FPN N. Kukuh S, Ketua Umum FPN Dr.KH. Agus Miftach, Ketua Harian BDSK Wahdatul Ummah FPN Ust. Ahmad Muzakir, Mubaligh  JAI Yogyakarta Mln. Mirajuddin, dan Ketua FPN DIY Azwar, (Kiri ke kanan )  dalam suasana informal di Novotel Yogyakarta